Selasa, 08 November 2016

Giving Birth Process Part 7 : Flop!!!!

Dr. Amang sudah siap dengan baju kebesarannya. Perawat yang menyiapkan perlengkapan dan beberapa yang lain ikut masuk. Sesekali dr amang menyapa para kru yang lain sambil geguyonan apaan gitu di sampingku, dan ada satu ibu-ibu yang sedikit senior. Sepertinya itu bidannya yang bertugas membantu persalinan.

Lampu sorot dinyalakan dan posisiku siap untuk melahirkan. Sesekali berasa kontraksi. Tapi intensitasnya menurun. Rupanya masih bukaan sembilan.

Saat dicek detak jantung bayi, dengan alat yang lucu itu, rupanya detak jantungnya tak beraturan, sehingga intensitas kontraksi menurun. Bisa jadi karena si jabang beybeh kelelahan akibat lamanya durasi mendobrak pintu dan ketuban yang mulai menipis.

Akhirnya diputuskan penambahan oksigen pada si ibu, yang notabene gueh, dengan corong oksigen yang lebih besar, bukan hanya selang seperti sebelumnya. Saya diminta untuk menghirup oksigen dalam-dalam supaya tersalur ke bayi dan memudahkan kemunculan kontraksi lagi.

Nah, disini susternya sempat ditegur halus sama dokter amang, karena terlalu lama menyiapkan oksigen untuk pasien. "Ayolah cepat... Jangan lamban.", Kata Dr. Amanv ke susternya. Setuju banget. Rasanya dari tadi mereka tampak santai sekali menyiapkan aneka perlengkapan.

Meski kontraksi menurun, saya masih sempat merasakan sedikit kontraksi dengan sensasi pengen ngeden dengan sendirinya.

Dalam fase ini saya tidak terlalu ingat bagaimana urutannya. Tapi ingat kalau dr. Amang instruksi ke suster untuk mengambil gambar lewat ponselnya. Trus posisiku pokoknya tangan kanan megang tangan suami, tangan kiri megang tangan ibuk. Baik banget ya rumah sakitnya gak ngusir salah satu. Salut wes.

Dr amang bilang, kalau bayinya masih belum terlalu turun, meski sudah bukaannya banyak. Di sisi lain, guwehhhh sebagai yang ngeden ini kadang ada sensasi pengen ngeden sendiri. Sampe dilarang sama dr amang, "jangan ngeden dulu, atur napas..."

Yah namanya manut ya, coba atur napas juga sudah sulit tapi ya tetep berusaha. Berasa keringat mengucur dari dahi. Dan ak sempat ngusap dan minta minum ke suami. Si mas bojo dengan sigap gupuh dan bingung langsung ambilkan dan kuminum sebisanya.

Tiba-tiba ada sensasi pengen ngeden gimanaaa gitu. "Aduh aku gak bisa.... gak bisa ngempet ngeden.... Hiiiiiiiih...", Sampe bersuara aku. Kata Dr amang jangan bersuara. Iya juga seh, setelah bersuara jadi haus ak pengen mimik lagi. Tapi adik bayinya belum juga keluar. Nah dalam detik itu kayaknya aku sampe ngeluarin ngengek deh. Gak sengaja saking ngedennya gitu. Jadi baru sadar itulah fungsinya ember...

Kembali aku mikir : semua kru disitu, baik suster bidan dan dojternya sudah ribuan kali nangani orang melahirkan. Jafi gak sedikit dari mereka yang ngengek. Jadi gak usah malu. Ayo, Konsentrasi ke persalinan.

Masih ditunggu, hingga akhirnya dr. Amang putuskan untuk ambil tindakan vacuum.

Dalam keadaan gitu guweehhhh masih sempat mikir : "waduh nih nambah ntar billingnya..." Soalnya kalau diambil tindakan vacuum kan nambah duit sekitar dua atau tiga Jeti gituh.

Aku gak inget kejadiannya, soalnya gak lihat dan gak kerasa. Mungkin karena pengaruh bius. Tapi kata masku dikira kop vakumnya kayak sedot wc gitu, tapi ternyata enggak. Kop vakumnya kayak corong lampu luar yang terbuat dari besi. Wihh... Gak papa taa itu..

Mesin vakumnya cuma berfungsi sebentar saja. Zzuuuung...... Lalu berhenti, tapi bayi belum keluar. Lalu aku diminta untuk berbaring setengah duduk, dengan dibantu ibu dan masku dan beberapa suster. Dengan keadaan dagu menempel dekat dengan dada. Lalu ada suster yang bantuin dorong perutku yang isinya adik bayi turun ke bawah. Rasanya mirip dirukyah.

Trus aku minta minum lagi. Trus tiba-tiba aku pengen ngeden lagi, trus aku sempat bilang aku gak bisa nahan ngeden maaf ya. dan mungkin ada sekali dua kali aku ngeden bersuara lagi sampe dibilangi lagi jangan bersuara. Sampe ibuk pun bisikin jangan bersuara. Tapi ngeden yang ketiga wis gak bisa nahan lagi aku tetep bersuara, tiba-tiba flop... Kulihat makhluk yang berwarna abu-abu keluar dari bagian bawah tubuhku.

Dr. Amang perintahkan perawat untuk matikan ac. Mungkin karena kehadiran si jabang beybeh ini biar gak kedinginan.

Saat flop itu aku terheran-heran sekaligus lega selega-leganya umat.

Makhluk itu langsung diletakkan di dadaku. Dr. Amang menyapa si orok ini dengan berkata, "maaf ya, capek ya?". Lalu karena belum menangis bayinya diberi selang apaan gitu trus menangislah si orok. "Oek...oek.."

Yang kupikirkan saat itu adalah, jelas aku bingung. Sempat kupegang tangan kirinya yang warnanya masih abu-abu itu. Dalam hati ku berkata, "makasi ya nak, sudah bantu ibu lahir lewat persalinan normal, maaf ya lama tadi sampe divakum ya....".
Lalu sebentar saja berhubung aku bingung jadi lupa gak IMD.

Masku lalu diminta oleh Dr amang untuk mendekat padanya. Lalu dipersilakan oleh Dr amang untuk memotong plasenta bayi.
Kemudian Si orok langsung dibawa ke ruang bayi, dan ibuku langsung ngikuti kesana.

Selanjutnya, masku diminta mendekat ke arah bagian bawah tubuhku. Berhubung ak masih bingung-bingung takut-takut gimana gitu ak diem aja. Ternyata masku dipersilakan oleh dr. amang menarik plasenta yang tersisa di rahimku. Seketika flop, sisa plasenta keluar dan byorrrrr darah jatuh ke ember yang sudah disiapkan.

Inilah istimewanya dokter amang, dalam keadaan gini suami diberikan kesempatan untuk berkontribusi dalam persalinan lebih dalam semampunya, dan dalam panduan dokter. Untung ya aku juga milih suami yang istimewa, yang gak kabur lihat darah, yang tangguh dan mau bantuin ginian.

Suster yang tadinya ditugasi memotret juga masih sigap sentosa mengambil gambar. Sempat aku disuru senyum. Wes gak mikir senyum yo. Ini bingung-bingung gak jelas iki.

Sembari suster Lainnya bergegas membereskan perlengkapan, masku menerima plasenta dan mengikuti ke ruang bayi untuk mengadzani si orok.

Tinggal saya sendiri dan dr amang dan seorang suster di ruangan. Rupanya ini adalah saat dimana emplukku dijahit.

Berhubung mungkin masih sakit karena melahirkan, dan masih sisa bius yang tadi yang kapan nyuntiknya bahkan saya tak tahu, rasa saat dijahit gak seberapa sakit. Cuma agak sedikit horor dimana ada sensasi benang keluar dan masuk diantara emplukmu gituhh.

Karena mulai sumuk dan masih keringetan bekasnya melahirkan tadi, aku minta ac-nya nyalakan opoO.... Trus dinyalakan sama susternya.

Sesekali dr. Amang atau suster bergantian memencet perutku. Dan byorrrrr keluar cairan yang siap jatuh ke ember. Itu bukan lagi ketuban, tapi darah. Pemencetan itu berfungsi untuk membantu mengeluarkan sisa 'jejak kehamilan' dari rahim.

Kadang aku masih njerit ketakutan, meski gak sakit rasanya. Ada byorrnya itu waktu dipencet. "Hiiii apa ituuuu..... ", Kataku. Kata dokter amang wong gak diapa-apain kok njerit. Yaa habisnya ada geli dikit sih.

Kerasa jahitannya agak banyak. Dan kayaknya pantatku sobek juga. Ini halusinasi ku apa gimana, tapi kayaknya sobeknya menyamping. Mungkin karena aku heboh tadi ya jadi agak gak sesuai prosedur. Xixixi. Wes gak urus aku jahitan berapa, aku juga gak berani nanya. Pokoknya si jabang beybeh sudah lahir normal selamat wes sukur Alhamdulillah pol gak karu-karuan.

Trus dokter amang bilang, "nanti kalau sudah sembuh, ayo dicari lukanya. Kalau ketemu nanti tak kasih hadiah". Haduh... Wes gak mikir nyarinya lhoooooo...

Lalu dokter amang bilang, oke udah selesai. Selamat ya, sambil tersenyum ke aku. Aku cuma mewek gitu, antara senyum sama nangis gimana gituhh. Terimakasih...

0 komentar:

Posting Komentar

 

Progestera Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template