Selasa, 07 Maret 2017

Khitan Bayi - Part 3

Abinya lama banget. Dagu pentol mulai rewel meski ruangannya sudah kunyalakan ac-nya. Sengaja kupilih ruangan karena sedang sepi dan tidakdipakai, jadi tidak memgganggu pasien lain. Selain itu karena saya menyusui, Jadi supaya gak isin gimana gitu lampunya tetap tidak kunyalakan.


Tapi si dagu pentol... Dia tetap nangis jejeritan, mungkin efek obat biusnya mulai hilang.

Padahal kata susternya, biasanya nangisnya sore atau malam karena efek obat bius baru hilang ketika itu. Sakit ya nak.... maaf ya... rasanya ingin kugantikan dia supaya aku saja yang sakit, jangan bayiku...

Oma menyuruhku menyusul abinya sambil bawa kotak makan sarapan soalnya si bapak nih belum sarapan dari tadi pagi gak nggeblag pas ngantri.

Di ruang farmasi, antrinya kayak orang ngantri sembako. Meski sudah diatur nomor antrian, tapi tetap saja ramai. Syukur deh masih tertib, jadi gak semrawut.

 Kotak makan kuberikan ke abi dagu pentol, awalnya dia isin-isin gimana gitu, tapi karena tuntutan perut ya akhirnya terpaksa deh ijin orang sebelahnya monggo-monggo gitu. Xixixiix...

Tarif khitan reguler di rs phc surabaya adalah Rp. 1.150.000, sudah termasuk obat. Nah obatnya ini sedang kami antrikan untuk diambil.

Setelah nama dagu pentol dipaggil di pembagian obat, kami mendengarkan mbak perawatnya memberikan arahan. Antibiotik merek amoxan syrup diberikan setelah makan, dengan jarak minimal 8 jam sekali, diminumkan 3kali sehari. Lalu obat penhilang rasa sakit merek nuvogin diberikan tiga kali sehari.

Sedangkan obat luarnya hanya betadin yang diteteskan sekali tetes di bagian samping kiri kanan klampnya. Serta baby oil merek cussons warna pink botol kecil yang diberikan setiap tiga jam sekali atau setelah pipis dalam takaran sekitar lima tetes.

Berhubung sarapan sudah selesai dan obat sudah di tangan, pulanglah kami ke ruang tunggu kosong tadi di poli spesialis.


Allahuakbar kagetnya sesampainya di sana. Dagu pentol nangis dengan ngerinya, belum pernah kulihat dia menangis seperti itu.

Oma yang gak pernah panik dengan tangisan bayi pun panik dengan bingungnya. Makin bingung karena harus menjaga posisi kaki yang mancal-mancal itu supaya tidak mengenai kunamnya yang baru saja dikhitan. Oma bilang kalau mau telepon juga tak bisa karena susah mengambil ponsel sambil menjaga kaki dagu pentol yang girap-girap histeris. Allahuakbar. Segera kususui dagu pentol, tapi dia tetap saja menangis.

Bergantian kami menggendong dan menyusui, sambil abu dagu pentol yang bingung mencari bantuan dokter. Kenapa belum sore tapi reaksi obat sudah habis. Dia nangis begitu ngeri hingga emaknya ini sampai nangis pula.

Pencarian dokter belum berhasil, sentara akhirnya si dagu pentol ditetesi obat penghilang rasa sakit yang mungkin bisa mengurangi sakitnya.

Tapi bayiku ini masih menangis dengan ngerinya.

Akhirnya perawat yang menemani khitan tadi lewat dan kami meminta bantuan.

Si mbak perawatnya menyalakan lampu lalu bilang, "tolong jangan disini.
"Waduh, trus duduk dimana mbak... ", kataku.
"Iya bu, jangan di sini.", katanya.
" trus aku menyusui dimana mbak.." aku masih kebingungan.
" maaf ibu jangan di sini, 'ruangannya'....." katanya dengan kode khusus, yang menandakan something wrong with this room, and its not good.


Allahuakbar.
Anek bakelan pun dipindahkan ke ruang tunggu lain sesuai arahan mbak perawatnya, yang kebetulan tepat di seberang ruang klinik bedah dokter lutfi.

Saat masuk ke ruangan seberang dokter lutfi tadi, seketika dagu pentol agak tenang, masih menangis tapi tidak sengeri tadi.

"Nah, adek langsung tenang kan ya... iya bu maaf tadi ruangannya banyak 'penghuninya'. Memang jarang dipakai, makanya tidak dinyalakan.", kata mbak perawatnya.

DHUERRR...

Astaghfirullah.
Sebagai orang yang paham ilmu rukyah syariyyah saya mengerti betapa makhluk gaib itu secara tak kasat mata eksis. Dan saya baru ingat kalau mp3 rukyah syariyyah meski pelandi dalam tas, akan berefek pada 'mereka' yang ada di dalam ruangan itu. Allahuakbar.....

Bisa jadi bayiku ini menangis karena efek biusnya hilang, dan ditambah ada gangguan dari mereka yang ada di dalam ruangan itu.

Maaf ya nak....

Setelah dagu pentol agak tenang, kami pun pamit. Tak lupa kami mencatat kontak mbak perawatnya bila ada pertanyaan yang mungkin selama perawatan perlu ditanyakan.

Allahuakbar.
Sepanjang perjalanan masih terngiang tangisan dagu pentol yang ngeri tadi. Dia sekarang bahkan sudah tertidur di pelukan oma. Tapi sebagai ibu, aku merasa sangat bersalah.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Progestera Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template